Tiba2 bangun dari sujud, pinggang seperti putus. Sakit bukan main.
Padahal kami baru saja kedatangan tamu, yg rencananya akan bermalam beberapa hari.
Rasa sakit yg salah waktu.
Dulu aku pernah mengalami hal yg sama. Masalah tulang ekor.
Buat duduk sakit, apalagi berdiri. Rasa linu akan menjalar sampai ujung jari kaki.
Linu yg luar biasa.
Saat itu aku istirahat total, bedrest selama 1 bulan lebih.
Hanya tidur tengkurap, atau berdiri sebentar untuk mandi. Yg lain aku lakukan dengan tengkurap atau tidur miring meskipun hanya mampu sesaat.
Setelah sebulan lebih bedrest, mulai bisa duduk sebentar. Pelan-pelan aku belajar berdiri dan berjalan.
Biang kerok sakit ini, aku masih ingat ketika aku bermain ditempat tidur. Kemudian aku jatuh terjengkang, dan aku jatuh terduduk di lantai dengan kepala membentur dipan disebelahnya. Aku harus merambat untuk bangun, lalu tiduran diatas dipan. Bapak dan ibu tidak tau, dan akupun tidak cerita hal itu kepada beliau. Takut.
Pengalaman kedua, waktu bapak mengajak ke Jepara untuk hunting kayu kebutuhan pembangunan rumah kami. Sepanjang jalan adalah siksaan buat tulang ekorku. Apalagi kalau harus turun dari mobil, pinggang rasanya lepas. Jadilah aku jalan dengan terseok-seok.
Meskipun demikian, tampaknya bapak ngga tau kalau aku kesakitan.
Saat pulang ke Jogja, sesampai di Semarang, aku nangis. Ngga kuat lagi.
Toh perjalanan harus diteruskan. Karena anakku ngga mau kalau besuk harus bolos sekolah.
Dari Semarang sampai Jogja, aku tiduran sambil menahan sakit yg sangat parah. Serasa mau pingsan.
Hanya bisa pasrah sama Allah.
Sakit kali ini, sakit yg salah waktu ini, cukup menguras kesabaran. Menjamu tamu. Dan, tamu kami minta diantar ke Kebumen.
Kebayang kan......
Lupakan bedrest.
Aku siap dengan pengalaman sakit sepanjang perjalanan ke Jepara.
Ah ternyata tidak separah waktu itu. Tapi tetep aja sakit.
Dan.....
Sampai saat aku menulis ini, hampir sebulan, sakit itu belum hilang.
Terutama saat bangun tidur. Linu nya setengah mati. Bener-bener setengah mati.
Sering aku menangis, dan kembali merebahkan tubuhku.
Beberapa saat aku mencoba menggerak-gerakan kakiku. Lalu pelan-pelan mencoba bangun. Mencoba beberapa kali, sampai kakiku mampu menopang badanku.
Baru aku bisa berwudlu, dan sholat. Bisa, artinya aku mampu menahan rasa sakit.
Duduk juga menyiksa buat aku. Sementara aktifitas jalan terus, bahkan banyak tamu. Ya Allah kuatkan aku.
Beberapa kali aku minta tolong untuk menggosokkan minyak gondopuro kesukaanku. Tapi lama-lama aku ngga enak merepotkan. Sebetulnya aku berharap ada yg menawarkan utk menggosokkan, ternyata aku cukup terlihat sehat dimata mereka. Alhamdulillah.
Sakit dikaki ini, membuat aku lalai dengan kankerku.
Baru kalau aku teringat bahwa sudah ada 4 benjolan didekat ketiak, aku buru-buru menggunakan rompiku.
Sayangnya, mereka pun lalai.
Lupa kalau ada penderita kanker dirumah kami.
Jadilah aku berusaha peduli badan sendiri. Disisi lain aku tetep harus peduli dengan seisi rumah, dan sekitar. Karena sudah bawaan orok buat aku, untuk peduli sama orang lain.
Tapi suka kepengen, orang lain peduli ke sakit ku juga.
Heloo....berbuat baik kan ngga boleh mengharap balasan sama org tersebut. Hanya boleh berharap kepada Allah.
Bahkan kalau bisa ngga usah berharap balasan dari Allah. Biarlah Allah yg mengatur buat kita. Tugas kita hanya berbuat baik. Yg terbaik yg kita mampu.
Sebetulnya aku tau itu, tapi kadang kalau orang ngga peduli sama sakitku, suka sebel juga. Heheee....
Astaghfirulloh.....
Ya aku kan manusia, tempatnya salah dan alpa. Pokoknya banyak-banyak istighfar.
.......NGELES......
No comments:
Post a Comment