Sunday, December 6, 2015

Menangisi Rompi Anti Kanker


Membaca postingan teman di fb, aku kaget. Lalu penasaran. Lalu browsing sana sini. Akhirnya aku percaya, bahwa kemenkes sudah mengeluarkan surat tentang larangan klinik kanker pak Warsito. Ya..para pasien kanker tidak lagi boleh menggunakan terapi fisika pak Warsito.

Sedih. Rasanya pengen nangis. Aku inget awal aku didiagnose kanker oleh dokter setelah menjalani tes mammo, usg dan pa. Dokter memutuskan akan membuang payudara kiriku. Secepatnya.

Aku mencoba berpikir tenang. Kalau aku melaksanakan rencana dokter, maka aku harus menyiapkan dana untuk operasi, minimal 4x kemo dan 25x radiasi. Plus obat2an pendukung. Juga biaya opname dll. Itu tidak cukup 100juta. Sementara saat itu tidak punya dana sebesar itu. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak melakukan operasi.

Sambil mencari upaya lain, aku berusaha meyakinkan keluarga dan aku sendiri, bahwa ketidakmampuan kami adalah karena Allah menghendaki demikian. Pasti ada rencana Allah yg lain.

Tanpa sengaja aku mendapat informasi tentang rompi anti kanker melalui televisi. Segera aku mencari informasi lebih lengkap melalui internet. Beberapa hari aku berusaha meyakinkan diri dengan segala informasi untuk menjawab pertanyaan2 yg ada dikepalaku. Setelah yakin baru aku menyampaikan kepada bapak. Beliau bilang, kita ke Tangerang biar lebih yakin. Setelah di klinik mendapat penjelasan dan melihat kondisi dan prosesnya, kami bilang, ga ada salahnya kita coba. Apapun nanti yg terjadi, kami niatkan akan mencoba selama 3 bulan. Lalu kami akan mempertimbangkan lagi.

Kenapa kami memutuskan memakai rompi ini? Setelahdijelaskan, tetapi secara fisika ini sangat logis. Masuk akal. TANPA RASA SAKIT. Alat scanning menghasilkan repport yg sangat lengkap. Posisi benjolan, besar benjolan, tingkat keganasan benjolan. Sangat lengkap. TANPA RASA SAKIT. Dan....kami hanya mengeluarkan dana 5 jutaan. Allah memampukan kami. Alhamdulillah.
Minimal kami berharap dengan alat ini kankerku tidak lebih parah, sampai kami punya cukup dana untuk operasi.

Tiga bulan kemudian, ternyata perkembangannya lebih dari yg kami harapkan. Keganasan maupun besarnya jauh menurun. Akhirnya kami memutuskan melanjutkan terapi fisika ini. Sampai akhirnya saat ini kankerku sudah dinyatakan tidak ganas. Aku sudah melakukan tes darah dan usg di laboratorium juga. Alhamdulillah

Aku juga mendengar ada beberapa teman yg menyerah dengan terapi fisika lalu ke dokter medis. Aku juga pernah bertemu beberapa teman di klinik pak Warsito, yg sudah mencoba secara medis tapi dokter angkat tangan lalu mereka menggunaka  terapi fisika. Dan mereka mampu bertahan.

 Lalu dimana yg salah? Semua, medis atau fisika, ada yg sembuh ada yg gagal.
Kenapa harus tidak diijinkan?
Bagaimana kalau ada pasien kanker yg tidak punya dana seperti aku, apakah harus menyerah kalah tanpa upaya? Maaf yaa, bahkan askes ataua bpjs pun tidak mengcover seluruhnya.

Aku bukan bagian dari manajemen pak Warsito, tapi aku selalu gencar menginformasikan tentang terapi fisika ini. Karena aku mengalami sendiri. Bagaimana kena kanker dalam kondisi tidak punya uang. Aku mengalami sendiri terapi fisika ini nyaris tanpa rasa sakit, seperti kalau kita pakai terapi medis. Kemo dan radiasi.
Lalu kenapa segala kemudahan ini kenapa dilarang?
Mungkin mereka harus mengalami seperti aku, baru mereka bisa berempati.

Aku tidak bisa merubah keadaan, tapi Allah bisa.
Semoga pak Warsito dan manajemen diberi ketabahan dan kemudahan. Semoga semakin banyak pasien kanker yg terbantu dengan terapi fisika ini. Dan semoga Allah menggerakkan hati beliau2 di kemenkes agar lebih berpihak kepada pasien2 kanker.
Semoga. Aamiin





 









 







 



















Friday, August 28, 2015

Sehat itu pilihan. Sakit itu hadiah

Awalnya blog ini aku buat, terinspirasi blog seorang pasien kanker, yg di endingnya sang suami meng-update ketika beliau akhirnya meninggal. Niatnya agar kalau aku meninggal, anak2ku bisa membaca perjuangan ibunya. In shaa Allah akan menjadi warisan yg lebih berharga dari apapun
Ternyata diperjalannya, justru aku mendapatkan banyak support dari pembaca blog.   Subhanallah
Banyak support melalui komen langsung, email, telp, sms atau facebook. Meskipun sebagian besar berisi pertanyaan, tetap semua itu merupakan support buat aku.
Karena aku ingin menjadi jawaban bagi pertanyaan teman2. Aku tidak boleh menyerah, karena aku tidak ingin teman2  menyerah.
Terus berbagi semangat, saling berbagi. Karena semangat/keyakinan itu setengah dari kesembuhan.Semangatku bukan semangat yg bergelora, harus sembuh. Semangatku adalah semangat yg ikhlas. Apapun hasilnya.
Alhamdulillah...sekarang aku dinyatakan bersih. Meskipun benjolannya tidak dioperasi. Sel kanker tetep ada, tapi tidak ganas lagi. Dan ternyata semua orang memiliki sel tersebut, hanya ada yg abnormal dan yg normal.

Rasa terimakasihku mungkin hanya sebatas lisan atau tulisan, tapi in shaa Allah balasannya akan lebih indah. Karena datangnya dari Allah, itu yg aku selipkan dalam doa2ku. Trimakasih dan cinta yg tulus buat semua yg telah mensupportku, bahkan ikhlas mengirimkan doanya.
Alhamdulillah Allah mengirimkan mereka dalam hidupku.
Khususnya kepada bapak, yg selalu menyebut aku sebagai malaikatnya, sebetulnya beliaulah malaikat buat aku. Juga malaikat kecilku, Kaela. Merekalah yg selalu mengingatkan aku, ketika semangatku mulai drop. Merekalah yg setia disampingku dan menguatkan aku, ketika aku mulai kecapekan menahan sakit.
Trimakasih Ya Allah, Kau telah mengirimkan malaikat2 pelindungku.

Lucunya, bahkan ketika aku sudah dinyatakan bersih, banyak yg menyarankan pengobatan kanker atau untuk mencegahan kanker. Suka bingung menjelaskannya.
Takut tersinggung.
Padahal aku tau, niat mereka tulus.
Sebetulnya setiap mendapat informasi, dari siapapun dari manapun, aku selalu mengkonsultasikan dengan p. Warsito. Kalau beliau tidak menyarankan, ya aku harus patuhi. Karena beliaulah yg paling mengerti tentang pengobatan secara fisika ini.
Tapi beliau selalu menyarankan untuk melakukan tes lab untuk second opinion. Itu membuat aku semakin yakin.

Sebetulnya, pengobatan secara fisika atau kimia/medis, endingnya sama. Setelah dinyatakan bersih, tetep kontrol dan merubah pola hidup.
Secara kimia/medis, akan melalui proses operasi, kemmo, radiasi, lalu dinyatakan bersih kalau berhasil. Lalu tetep minum obat kanker dan kontrol.
Secara fisika, menggunakan rompi atau bentuk lain sesuai letak kanker, lalu dinyatakan bersih kalau berhasil. Lalu tetep pakai rompi dan kontrol.

Jadi 'obat anti kanker'ku adalah rompi. Sekarang aku harus pakai 4 jam 4 hari seminggu. 6 bulan lagi aku harus kontrol. In shaa Allah frekuensi pemakaiannya terus berkurang.
Pantangannya pun tidak terlalu 'istimewa' yaitu seafood, stress dan terlalu capek. Sepertinya untuk yg ingin selalu sehat pun akan menghindari hal2 tersebut.
Satu pantangan yg agak surprise, tidak boleh di pijat, bekam, akupunktur. Mungkin agar sel kanker yg sudah jinak, tidak terganggu. Lain kali ini akan aku konsultasikan.
Sedangkan yg dianjurkan untuk dikonsumsi pun cukup 'standar' yaitu sayur, buah, makanan padat gizi, vit.C, putih telur, ikan, daging ayam kampung. Ga perlu diet yg bikin stress kan....Tambahan nutrisinya, bekatul, air kelapa hijau, teh hijau, cuka apel, vco.
Awalnya aku berusaha memenuhi semua yg dianjurkan, ternyata selain kekenyangan, lama kelamaan aku mulai bosen. Stress tiap mau makan.Akhirnya aku lebih santai, apa yg ada lalu dipilih, mana yg boleh dikonsumsi. Baru aku makan.Tapi untuk pantangannya, aku sangat disiplin untuk menghindari. Karena aku ga mau konyol.

Hal itu mungkin juga bisa dilakukan oleh temans yg merupakan resiko tinggi menderita kanker. Yaitu,yg sembuh dari kanker seperti aku, dan yg dalam keluarganya ada yg menderita penyakit kanker.Waspadalah....heheee.....


Hidup sehat itu pilihan. Sakit itu hadiah dari Allah.Bersyukurlah. Dan tetap semangat dalam berikhtiar. Semoga temans yg masih berjuang diberi kekuatan dan keikhlasan. Aamiin.


Friday, August 21, 2015

I am survivor

Setelah terjadi penyebaran ke ketiak, kami memutuskan akan rutin kontrol tiap bulan.  Setelah bulan juni, bulan juli libur lebaran, bulan agustus segera kami jadwalkan.  Karena akan ada tamu dari luarkota, maka kami memutuskan untuk kontrol di awal bulan agustus.

Oh ya...tempo hari aku dapat pengantar untuk periksa darah. Jadi sebelum ke Tangerang aku periksa darah. Heemmm biayanya ternyata lumayan, 700 ribu. Tapi kata bapak masih lebih murah dari pada obat kanker. Yo wis.....

Hasilnya....

Melihat hasil tes darah yg jauh dibawah nilai rujukan, dengan semangat 45 aku berangkat ke Tangerang tg 4 agustus pagi.

Setelah registrasi ulang, ke bagian pembayaran, langsung antri untuk scanning. Alhamdulillah ga perlu antri lama. Pindah ruangan untuk antri konsultasi.

Agak lama nunggu giliran, aku manfaatkan untuk sarapan.
Ketika giliranku, semangat 45 ku mulai buyar. Hasil scanning kankerku membesar, meskipun aktifitasnya turun......tapi sangat kecil penurunannya....










Apa yg terjadi ini?..... Apa yg salah?.....Aku harus melakukan apa lagi?....Kalimat-kalimat itu meluncur begitu saja.....
Mas konsultan dengan sabar menjelaskan......bahwa aku harus sabar, bahwa aku sudah aman kalau dilihat dari tes darahnya, bahwa hanya masalah pembuangan sel2 matinya ygbermasalah, bahwa aku diingatkan untuk menjauhi pantangan dan tetap mengkonsumsi yg dianjurkan...
Dan aku jawab.....saya sudah bosen mas. Tiap bulan Jogja-Tangerang, hasilnya ga signifikan kayak gini. Rasanya saya sudah patuhi pantangan dan mengkonsumsi yg dianjurkan lo mas....
Mas konsultan hanya tersenyum, sangat maklum. Ehh la koq aku disuruh usg lagi.
Dengan tersenyum kecut, aku menerima surat pengantar usg. Jujur, dalam hati aku kayaknya ga niat untuk usg. Aku akan melakukan kalau aku butuh second opinion.
Selesai konsultasi, karena kurang puas, aku memutuskan untuk konsultasi dengan p.Warsito. Meskipun artinya aku harus menunggu sampai jam 3 sore.

Aku menyampaikan semua uneg2ku pada beliau. Sambil mendengarkan, beliau melihat data2ku. Dari awal, dibandingkan yg terbaru, juga hadil usg dan hasil tes darah.
Komentar p. Warsito....Lah ini udah bagus. 2 tahun lebih, ibu udah lulus. Survivor. Sudah ga ada sel ganasnya.
Lalu beliau meminta asistennya untuk memotret aku sebagai survivor.
Tapi saya bosen tiap bulan harus Jogja-Tangerang pak....Ibu hanya perlu kontrol 6 bulan lagi. Upss....
Apa ga sebaiknya dioperasi aja pak.....Kalau dioperasi apa masalahnya selesai. Tidak. Tetep harus kontrol




La mosok saya harus pakai rompi seumur hidup to pak.....Pilih mana, minum obat anti kanker atau pakai rompi. Kakak beliau ternyata masih tetap memakai rompinya 2 jam 2 hari tiap minggu. Preventif.

Jadi selamanya saya punya benjolan ya pak.....Asal ga ganas, ga mengganggu aktifitas, kualitas hidup tetep baik, ga masalah kan


Kalau 6 bulan baru kontrol, kalau rompinya rusak kan ga ketahuan donk pak....Ibu kan psien lama, nanti biar dikasih pinjem detektornya. Kalau rusak, dikirim aja. Nanti klinik akan kirim balik. Cuma sehari.

Setelah menerima catatan beliau....





 



















Aku pulang. Dengan perasaan puas. Alhamdulillah.....Aku harus bersyukur, kankerku masih terkontrol. Dulu aku berpikir bahwa orang sakit itu endingnya 2, sembuh atau meninggal. Ternyata aku salah.

Sakit itu 3 ending, bisa sembuh, bisa meninggal,atau bertahan. Bertahan untuk menunggu kematian?......Sakit atau tidak, kita semua menunggu kematian.
Jadi aku tidak mengkhawatirkan kematianku, itu rahasia Allah. Bisa karena kanker, bisa karena hal lain.
Dulu aku hanya berharap kankerku tidak menjadi lebih parah. Ternyata kankerku bukan hanya tidak lebih parah, tapi membaik. Alhamdulillah.

Aku ingin mengucapkan terima kasih atas support dan doa keluarga, temans, mungkin juga pembaca blog ini....  Ya Allah, meskipun Kau tidak mengangkat kankerku, tapi yg terjadi padaku ini membuat aku merasakan cintaMu. Ya Allah, sayangilah orang2 yg menyayangi aku dengan support dan doa2 mereka. Aamiin ya Rabbal alamiin.

Wednesday, July 8, 2015

Aku Harus Bagaimana....


Ya....kata-kata itu yang terucap, ketika hasil scanning kali ini massa kankerku membesar, baik yg di payudara maupun yg di ketiak.  Meskipun tingkat keganasannya menurun.  Sedikit menurun.
Nyaris putus asa.....lebih tepatnya aku bingung, harus melakukan apa lagi agar kankerku hilang.....

Pasca berbulan-bulan ngga kontrol, dan bulan lalu aku kontrol dengan hasil kanker yg sudah menyebar ke ketiak, aku memang memutuskan akan rutin kontrol.  Seperti awal-awal aku di diagnose kanker oleh dokter.

Pertengahan bulan Juni, sebelum Ramadlan, aku menyempatkan untuk kontrol.
Kebetulan kakakku yg di Jatiwarna menawarkan untuk mengantar. Sebetulnya alasan kenapa lama ngga kontrol, karena aku selalu kontrol dengan diantar Bapak.  Dan itu selalu timbul masalah dengan anak bungsuku yg baru kelas 3 SD. Ngga mungkin ditinggal sendiri, sementara kalau diajak dia harus bolos sekolah.
Akhirnya aku selalu menunda-nunda untuk kontrol. Tidak terasa sampai berbulan-bulan.

Jadi ketika kakakku menawarkan untuk mengantar, aku langsung minta ijin sama Bapak untuk berangkat sendiri. Meskipun agak kurang sreg, akhirnya toh Bapak mengijinkan.
Sepanjang aku naik kereta, turun di Jatinegara lalu naik taxi ke Jatiwarna, Bapak selalu menelpon.  Terus dipantau.

Dan ternyata perjalanan ini memang tidak semudah yg aku bayangkan.  Ternyata pula aku tidak sadar kalau kondisi fisikku sudah menurun. Entah karena kanker, entah karena usia.
Sepanjang perjalanan dengan kereta, aku merasa agak lemas, jantung pun lemah. Jadi aku memutuskan untuk makan dan makan. Untuk mengalihkan perasaan.
Begitu turun di Jatinegara, Bapak sudah wanti-wanti, pakai taxi BlueBird. Ok. Aku memang merasa aman, karena selain arah jalan aku ngga begitu hafal, keringat dingin mulai mengucur.  Pusing banget.

Sampai dirumah kakakku, beliau sudah menunggu di depan rumah. Baru saja pulang dari kerja.
Aku langsung mandi untuk mengurangi pusing. Ketika kakakku tanya, gapapa kan dijalan? Gapapa.

Paginya aku diantar kakakku dan ponakanku. Bertiga kami berangkat agak kesiangan, jam 6.30. Tapi kekhawatiran dengan kemacetan ternyata tidak kami alami. Perjalanan justru sangat lancar. Jam 7.30 sudah sampai di klinik. Di Tangerang.

Antri dapat nomer 2. Semua lancar. Bahkan kakakku pun bisa sambil bawa kerjaan di klinik.
Scanning lancar.  Periksa rompi lancar. Antri untuk konsultasi pun tidak begitu lama....
Dan hasilnya....





Setelah konsultan menjelaskan hasilnya, aku bilang....."Lalu saya harus bagaimana ?....Kenapa membesar ?"
Konsultan menyarankan untuk memperbaiki pola makan.
Kalau selama ini, selain meghindari segala pantangan, aku hanya mengkonsumsi Bekatul....Aku disarankan juga mengkonsumsi  Ikan / Putih Telor / Ayam Kampung, Sayur/Buah, Air Kelapa Hijau, Susu padat Gizi, Cuka Apel, VCO, Vitamin C, tetap minum Bekatul, dan selalu menghindari Seafood, Stress, Capek.

Konsultan juga mengingatkan untuk menggunakan rompi tidak dalam keadaan perut kosong. Khusus Ramadlan, aku harus menggunakan rompi doble ketika abis buka puasa dan abis makan sahur. Sekitar jam 9 malam, aku pakai rompi kecil.
Dan itu cukup berat. Ketika mau Tarawih, aku harus menunggu sampai saatnya membuka doble rompi. Karena terlalu sesek. Ngga kuat untuk Tarawih sekian rakaat.

Pulang dari klinik aku mulai kliyengan, makan ga selera, pengennya tiduran. 
Pusing ga, tanya kakakku. 
Ga.... Meskipun selama perjalanan aku tiduran.

Minggu pagi aku pamit mau pakai taxi ke Gambir, tapi kakakku tetep kekeh mengantar. Akhirnya kami bertiga berangkat ke Gambir jam 7 pagi.
Mau sarapan, ternyata ga sempat. Akhirnya dibungkus, lalu aku pamitan.
Dan....sepanjang perjalanan dengan kereta yg cukup nyaman, toh tetap membuat aku kecapekan.  Serba salah mau bikin nyaman badan.
Alhamdulillah sampai di Jogja sudah dijemput Bapak.  Sehingga badan yg capek semua ini bisa langsung istirahat.  Ga kebayang kalau aku masih harus naik angkutan umum untuk sampai rumah......

Meskipun badan sudah mulai loyo, alhamdulillah sampai hari ini aku masih mampu menjalani semua. 
Masih mampu Puasa. Masih mampu Tarawih. Masih mampu Tadarus Al Qur'an. Alhamdulillah......

Yang paling utama, aku selalu memohon keikhlasan..... 
Kalaupun aku memohon kesembuhan, karena aku ngga ingin merepotkan orang-orang disekitarku.
Allah Maha Tahu itu......

Selamat menjalankan ibadah puasa yaa buat yg membaca blog ini. 
Semoga puasa ini menjadikan kita, manusia yg lebih untuk selanjutnya.

Saturday, May 30, 2015

Kankerku Sudah Menyebar

Sejak kontrol tgl 29 Agustus 2014, aku memang tidak pernah kontrol lagi. Mungkin karena mulai timbul perasaan bosan, ditambah keyakinan kalau sudah sembuh berdasarkan yang disampaikan pak Warsito bahwa kankerku sudah tidak ganas.

Ketika aku mulai merasa sering 'kemeng' dibagian payudara kiri dan ketiak kiri, aku teringat pengantar untuk USG dari klinik.  Kebetulan mengantar bapak untuk rontgen tulang leher, sekalian aja aku USG payudara.
Seperti aku pernah cerita, hasilnya ada benjolan yang 'bukan tumor bukan kanker' dan 4 kista disekitarnya.

Tgl 10 Mei 2015 kami harus ke Jakarta karena ada acara keluarga. Sekalian aku mau kontrol ke p Warsito, besoknya.
Berangkat pk. 5.30 berharap ga kena macet, toh Jakarta tetep macet. 2 jam perjalanan akhirnya kami sampai di klinik. Setelah ambil nomor antri, kami mencari sarapan.
Pk.9 klinik buka, lalu aku registrasi ulang, bayar administrasi, masukin rompi untuk dicek, acara selanjutnya adalah menunggu.
Supaya ga nunggu terlalu lama, kebiasaanku, aku pura2 membuka pintu ruangan sekedar melihat apakah ada petugas atau belum. Biasanya kalau petugas sudah diruangan, aku segera dipanggil. Trik hehee......

Ketika masuk ruang scanning, aku sampaikan kalau hasil USG ada 4 kista. Akhirnya mereka men-scan ketiak kiriku. 
"Kita periksa sekalian ya bu...." kata petugas dengan ramah.

Selesai scanning, aku harus menunggu lagi untuk konsultasi. Dan itu lamaa......
Trik dimulai.....buka pintu.....ternyata sudah ada beberapa petugas.  Anehnya tetep aja aku ga dipanggil-panggil.
Ternyata oh ternyata.....namaku dipanggil tapi di ruang konsultasi yg lain. Yeachh....

Di ruangan ada mas Roni sebagai konsultan medis. Beliau menjelaskan hasil diagnose pencitraan alat scanning.  
Bahwa.....kankerku semakin ganas.
Bahwa.....kankerku menjalar ke ketiak.


Volume  kanker saat ini  9,7 % atau 25,41 cm3.....naik dr dulunya 2.9 % atau 7,68 cm3
Aktifitas atau keganasannya dari 0,094 saat ini menjadi 0,188.
Sedangkan kanker diketiak volumenya 6,38 % atau 16,71 cm3 dengan indeks aktifitas 0,125
Lumayan shock. Aku hanya mendengarkan penjelasan mas Roni.

Tapi yg paling sedih, ketika mas Roni bilang untuk menjaga emosi, bapak menimpali....'Itu yg susah mas. Tiap hari marah".....
Seolah-olah kanker ini adalah ganjaran akibat kesalahanku sendiri. Jujur sampai detik ini, kata-kata itu masih terngiang dan menyakitkan. Tapi biarlah, Allah Maha Tahu apa yg sebenarnya terjadi. Kalaupun aku yg salah, semoga Allah mengampuni dosaku.

Sejak pulang dari klinik, sebetulnya perasaanku ga karuan. DOWN.
Tapi aku berusaha tampak biasa aja.
Bahkan ketika bapak menyinggung akan membawa aku berobat ke Singapore, aku juga tidak terlalu antusias. 

Ya, setelah ada pembicaraan, bapak memutuskan kami akan berobat ke Singapore. Uang simpanan yg harusnya untuk pos lain, dialihkan untuk ke Singapore.
Sebelum ke Jakarta pun kami sempatkan ke Bandung untuk minta tolong dibantu oleh perwakilan SGH.
Tapi ketika mereka sudah akan menjadwalkan, dokter disana akan melakukan mammo dan biopsi lalu operasi total. Perkiraan biaya juga disampaikan, termasuk jika kami ingin melakukan rekontruksi payudara.
Dengan tegas aku bilang, TIDAK  MAU.
Karena awalnya rencana ke Singapore adalah untuk melakukan Petscan untuk mengetahui penyebaran kankerku saja. Sedangkan tindakan pengobatan, aku pengennya disini. Skalian memanfaatkan BPJSnya pak Jokowi hehee.....
Aku bilang, ' Disini pun kalau dokter meminta aku untuk mammo atau biopsi, aku akan menolak" 
Sakitnya itu......

Akhirnya aku hanya konsentrasi mengunakan rompi.
Oh yaa....kali ini aku diharuskan memakai 2 rompi sekaligus. Tahu rasanya? Badan seperti dihimpit beton.
Selama 4 hari.....2x2 jam pakai doble rompi....2x2 jam pakai single rompi.....Dan akibatnya, badanku serasa remuk redam. Dipakai gerak/kerja sedikit, aku akan tersengal-sengal. Ga kuat, dan harus istirahat.
Sayangnya aku ga pinter mengekspresikan sakitnya.  Sehingga seisi rumah ga sadar kalau sebetulnya aku kepayahan.
3 hari off dengan rompi, aku gunakan untuk memakai korset untuk tulang belakang, untuk mengurangi rasa linu dikaki kananku akibat tulang belakangku yg bermasalah. Linu yg sudah berbulan-bulan, pun seisi rumah tidak sadar dengan kesakitanku.
Dimana ya tempat belajar untuk bilang sakit.............

Tapi aku bersyukur, sampai detik ini berat badanku tidak menurun. Malah cenderung naik. Karena setiap memakai rompi, aku diwajibkan makan dulu. Asyik kan.....sehari makan 4x.....padahal biasanya aku hanya makan nasi sehari sekali.
Batas berat badan biasanya 60kg, diatas itu aku akan berusaha untuk menurunkan. Sekarang sudah diatas 70kg, dan aku hanya bisa bilang ALHAMDULILLAH.

Hari-hari aku merasakan badan yg selalu kecapaian. Tulangku rasanya rapuh. Kaki setiap saat terasa linu, mungkin terlalu berat menahan beban badanku yg over weight.
Mulai kehilangan nafsu makan, aku akalin dengan lauk yg agak pedas. Oh iya, kakakku membelikan suplemen jus kulit manggis dan daun sirsak, lumayan menambah energi.
Mulai susah tidur. Selalu merasakan sakit dibadan, bahkan ketika tidur. Tapi aku berusaha sering tidur, karena memang badan rasanya capek banget.

Pekerjaan rumah mulai aku alihkan. Kalau mencuci aku dibantu mesin cuci, urusan seterika aku alihkan ke laundry depan rumah. Kecuali pakaian dalam lo.
Masak yg biasanya dibantu bapak, aku alihkan ke catering depan rumah, supaya bapak tetep bisa melakukan kegiatan kesukaan beliau seperti olahraga, bersepeda atau menanam sayuran di tembok rumah kami. Dan aku ga harus merasa sungkan karena bapak yg sering turun ke dapur.
Sayangnya aku belum bisa ketemu orang yg bisa bantu bersih-bersih rumah.
Terpaksa kami harus toleran, rumah ga serapi biasanya. 

Aku sempat mengutarakan ke bapak, rencana untuk membuang benjolan ini, pada saat sudah mengecil/jinak. Aku ga pengen, ketika sudah mengecil lalu tiba-tiba membesar lagi. 
Bapak yg biasanya ga setuju untuk dioperasi, kali ini manggut-manggut.
Tapi entahlah.....terserah Allah aja yg mengatur.
LAHAULA  WALAQUWWATA  ILLABILLAAH......

 





Thursday, April 30, 2015

The Real Sick

April 2015.....sudah dua tahun sejak aku sadar memiliki kanker di tubuhku.

Hari ini, sejak semalam, aku mulai gelisah dan susah tidur. 
Badan rasanya ngga nyaman. Lalu aku mulai berhitung dengan penyakit di badan.
Selain kanker di payudara kiri yang ngga kunjung hilang, ada 4 kista dibawah ketiak kiri, kini tulang punggung sebelah kiri juga mulai sakit.
Sekarang  perut sebelah kanan sering kram, dan disekitar kista bartholiniku dulu,  muncul benjolan lagi. Ditambah rasa linu di tulang ekor sampai telapak kaki yang sudah hampir 2 bulan, tampaknya semakin mengganggu aktifitas.

Tersadar.....ternyata banyak 'atribut' yang nempel ditubuhku.
Dan tampaknya tubuh ini mulai 'capek'.
Mulai terasa melemah.  Semangat yang dulu selalu aku bagi-bagi, saat ini aku harus mencari-cari. Mencari alasan untuk tetap bertahan dan tetap semangat.
Demi.....Demi......Demi.....
Seringkali tiba-tiga pikiranku kosong, tapi aku segera istighfar.  Lalu berdzikir.
Tidak.  Tidak boleh. Jangan pernah sia-siakan waktu.

Suka sedih, kalau biasanya bersih-bersih rumah sendiri, trus ngga bisa.
Suka sedih, kalau biasanya selalu melayani kebutuhan bapak, trus bapak harus melakukan sendiri.  Malah bapak yang melayani aku.
Suka sedih, kalau biasanya nemenin Kaela main atau belajar, trus harus banyak istirahat. Jadilah Kaela yang nemenin mamanya. 

Kalau Allah mengirim malaikat-malaikat dihidupku, mosok masih mau mengeluh......

Alhamdulillah.  Trimakasih ya Allah, atas semua yang Kau berikan.
Lindungi kami, dan selamatkan kami dunia dan akherat. 
Aamiiin.
 
 

Monday, April 20, 2015

Catatan Untuk Anak2, Juga Teman2 Survivor

Awal aku membuat blog ini, hanya ingin menuliskan perjalanan pengobatan dan perjuangan untuk bertahan, buat anak2ku kelak.  Ketika aku sudah 'berangkat'

Tak dinyana tak diduga, begitu banyak teman-teman yg membaca bahkan akhirnya menghubungi aku untuk sekedar sharing atau butuh informasi tentang kanker.
Alhamdulillah.

Bahkan aku sempat punya keinginan untuk bergabung dengan komunitas pendampingan ( apa ya namanya ) yg melakukan pendampingan pada pasien-pasien yg memang dokter sudah angkat tangan.

Ternyata.....
Ketika hasil USG menunjukkan ada penyebaran 4 titik di ketiak kiri, lalu tulang punggung sebelah kiri pas dibelakang benjolan mulai sakit, ditambah tulang belakang bawah dan kaki kananku yg linu tingkat dewa setiap pagi.....menyadarkan aku kalau justru aku yg butuh pendampingan.

SOMEONE HELP ME......

Tentu aku selalu berusaha membasahi lisan dengan berdzikir, mengingat Allah sebagai sumber kekuatanku.
Tapi ketika tidak ada yg support tentang kankerku, ada perasaan LONELY......meweekk....
Kebetulan aku type orang yg ga suka manja. Aku terlalu gengsi untuk minta tolong.  Aku selalu merasa mampu melakukan sendiri. 
Jadi ketika aku ga bisa pasang rompi sendiri aja, rasanya tersiksa.  Karena harus minta bantuan. Aku merasa ga mampu. Sedih banget.

Anehnya, ada saatnya pula aku sensitif, kenapa mereka ga bantu aku? Padahal sebetulnya akunya yg ga minta dibantu. Tetep aja ada perasaan terabaikan.

Tapi yakinlah.....Allah tidak pernah mengabaikan umatnya. Terus berbuat baik, berdoa dan berusaha.
Dan tetap semangat..........

Tuesday, April 7, 2015

Tulang Ekor Kambuh

Tiba2 bangun dari sujud, pinggang seperti putus. Sakit bukan main.
Padahal kami baru saja kedatangan tamu, yg rencananya akan bermalam beberapa hari.
Rasa sakit yg salah waktu.

Dulu aku pernah mengalami hal yg sama. Masalah tulang ekor.
Buat duduk sakit, apalagi berdiri. Rasa linu akan menjalar sampai ujung jari kaki.
Linu yg luar biasa.
Saat itu aku istirahat total, bedrest selama 1 bulan lebih.
Hanya tidur tengkurap, atau berdiri sebentar untuk mandi. Yg lain aku lakukan dengan tengkurap atau tidur miring meskipun hanya mampu sesaat.
Setelah sebulan lebih bedrest, mulai bisa duduk sebentar. Pelan-pelan aku belajar berdiri dan berjalan.


Biang kerok sakit ini, aku masih ingat ketika aku bermain ditempat tidur. Kemudian aku jatuh terjengkang, dan aku jatuh terduduk di lantai dengan kepala membentur dipan disebelahnya. Aku harus merambat untuk bangun, lalu tiduran diatas dipan. Bapak dan ibu tidak tau, dan akupun tidak cerita hal itu kepada beliau. Takut.


Pengalaman kedua, waktu bapak mengajak ke Jepara untuk hunting kayu kebutuhan pembangunan rumah kami.  Sepanjang jalan adalah siksaan buat tulang ekorku. Apalagi kalau harus turun dari mobil, pinggang rasanya lepas. Jadilah aku jalan dengan terseok-seok.
Meskipun demikian, tampaknya bapak ngga tau kalau aku kesakitan.
Saat pulang ke Jogja, sesampai di Semarang, aku nangis. Ngga kuat lagi.
Toh perjalanan harus diteruskan. Karena anakku ngga mau kalau besuk harus bolos sekolah.
Dari Semarang sampai Jogja, aku tiduran sambil menahan sakit yg sangat parah. Serasa mau pingsan.
Hanya bisa pasrah sama Allah.

Sakit kali ini, sakit yg salah waktu ini, cukup menguras kesabaran. Menjamu tamu. Dan, tamu kami minta diantar ke Kebumen.
Kebayang kan......

Lupakan bedrest.  
Aku siap dengan pengalaman sakit sepanjang perjalanan ke Jepara.
Ah ternyata tidak separah waktu itu.  Tapi tetep aja sakit.

Dan.....
Sampai saat aku menulis ini, hampir sebulan, sakit itu belum hilang.
Terutama saat bangun tidur. Linu nya setengah mati.  Bener-bener setengah mati.
Sering aku menangis, dan kembali merebahkan tubuhku.
Beberapa saat aku mencoba menggerak-gerakan kakiku. Lalu pelan-pelan mencoba bangun. Mencoba beberapa kali, sampai kakiku mampu menopang badanku.
Baru aku bisa berwudlu, dan sholat. Bisa, artinya aku mampu menahan rasa sakit.
Duduk juga menyiksa buat aku. Sementara aktifitas jalan terus, bahkan banyak tamu. Ya Allah kuatkan aku.

Beberapa kali aku minta tolong untuk menggosokkan minyak gondopuro kesukaanku. Tapi lama-lama aku ngga enak merepotkan.  Sebetulnya aku berharap ada yg menawarkan utk menggosokkan, ternyata aku cukup terlihat sehat dimata mereka. Alhamdulillah.

Sakit dikaki ini, membuat aku lalai dengan kankerku. 
Baru kalau aku teringat bahwa sudah ada 4 benjolan didekat ketiak, aku buru-buru menggunakan rompiku. 
Sayangnya, mereka pun lalai. 
Lupa kalau ada penderita kanker dirumah kami.

Jadilah aku berusaha peduli badan sendiri. Disisi lain aku tetep harus peduli dengan seisi rumah, dan sekitar.  Karena sudah bawaan orok buat aku, untuk peduli sama orang lain.
Tapi suka kepengen, orang lain peduli ke sakit ku juga.

Heloo....berbuat baik kan ngga boleh mengharap balasan sama org tersebut. Hanya boleh berharap kepada Allah.
Bahkan kalau bisa ngga usah berharap balasan dari Allah. Biarlah Allah yg mengatur buat kita. Tugas kita hanya berbuat baik.  Yg terbaik yg kita mampu.

Sebetulnya aku tau itu, tapi kadang kalau orang ngga peduli sama sakitku, suka sebel juga. Heheee....
Astaghfirulloh.....
Ya aku kan manusia, tempatnya salah dan alpa. Pokoknya banyak-banyak istighfar.

.......NGELES......

Wednesday, January 28, 2015

Kanker Menyebar

Rasanya aku pengen bertanya.....'Kenapa ya Allah..."
Tapi aku merasa ga pantas.
Aku masih yakin, semua yg terjadi adalah yg terbaik buat aku. Semoga baik pula buat orang-orang disekitarku.
Sedih kalau membayangkan orang-orang yg aku sayangi akan menderita. Gara-gara sakitku.

Teman-teman masih ingat tentang kista Bartholini kan?
Kalau dulu aku dioperasi untuk mengangkat kista tersebut pada bibir vagina sebelah kanan, kali ini kista muncul dibibir sebelah kiri.
Artinya aku harus siap-siap untuk operasi lagi.

Nyeri di telapak kaki karena tumbuh tulang liar.gara-gara pengeroposan tulang, masih belum hilang. Meskipun aku sudah beberapa minggu mengkonsumsi suplemen pelumas sendi, toh hasilnya belum siknifikan.
Bahkan pinggul pun sekarang ikut-ikutan nyeri.

Dan yg paling merisaukan adalah rasa nyeri yg kadang timbul di dada dan sekitar ketiak sebelah kiri.
Khawatir kenkerku menyebar, dan ingat surat pengantar dr klinik pak Warsito, akhirnya aku pun melakukan USG di salah satu laboratorium di Jogja.
Itupun setelah dipaksa bapak, waktu mengantar beliau rontgen tulang leher. 
Sudah, sekalian aja.

Ketika diperiksa, sambil melihat monitor, dokternya bertanya tentang kapan muncul benjolan dll, aku pun bertanya ke dokter nya. 
"Ganas ga dokter?".....nampak dokternya memeriksa berulang-ulang dan kurang yakin.
.....kalau dari bentuknya ga ganas, bukan kanker.
"Jadi hanya tumor ya dokter".....bukan juga. Karena kalau tumor itu biasanya bentuknya oval dan tepinya rata.
....saya khawatir ini kanker yg sudah berubah bentuk. 
Aku mulai bingung juga.
"Kalau kanker gimana to dokter?".....kanker itu sel nya homogen, sedang ini selnya tidak homogen.

Dan.....
Seperti yg aku khawatirkan.....dokter merekomendasikan untuk biopsi untuk memastikan apakah benjolan ini ganas atau tidak.
Hehh......

Masih ada tambahan informasi dari dokter yg cukup bikin males ngomong.....bahwa ada 4 benjolan di sekitar bawah ketiak kiri. Artinya benjolan sudah menyebar.
Karena pemeriksaan awal waktu di diagnose kanker, tidak ada penyebaran.
"Itu tumor ya dokter?"
.....bukan itu hanya kista isinya cairan. Ga bahaya. Kalau tumor isinya jaringan.

Memang ga bahaya, tapi kista dan benjolan yg berbentuk aneh  itu sekarang sering menimbulkan rasa 'kemeng'.

Ya Allah, apapun salahku.....aku mohon ampun ya Allah. Trimakasih masih Kau beri kesempatan aku untuk bertobat. Semoga semua penyakit ini, sebagai penggugur dosa-dosaku. Meskipun aku ga yakin, karena demikian banyak dosa dan kesalahan yg telah aku lakukan.
Terimakasih ya Allah, Kau telah sudi menutup aib ku, sehingga aku masih mampu menghadapi dunia.

Monday, January 26, 2015

Tulang Liar di Telapak Kaki

Ini mungkin bukan benjolan, lebih tepatnya tulang yg tumbuh liar.
Gara-gara tulang yg keropos.

Ya.
Nyeri di telapak kaki yg sudah berbulan-bulan, akhirnya memaksa aku untuk pergi ke dokter tulang.
Dan hasilnya.....




Kata dokter, akibat tulang yg keropos maka tulang berusaha memperbaiki sendiri. Maka tumbuhlah tulang baru.
Sayangnya tulang baru tersebut tumbuhnya asal.
Jadilah ditelapak kakiku tumbuh tulang liar. 
Dan karena bentuknya tidak semestinya, bentuk aneh nya menimbulkan rasa sakit pada telapak kaki.
Juga diperparah oleh jaringan lunak di telapak kaki, yg tertarik atau tegang.

Biasanya terjadi karena aktifitas yg berlebihan ( ssttt dulu aku suka naik gunung, jadi masuk akal ), juga karena sering pakai sepatu hak tinggi ( iya banget, wong selama kerja selalu pakai ), juga karena obesitas ( hahahaa....saat ini BBku 170. cocok kan )

Jadi ngga perlu mengeluh.  Salah sendiri.
Dinikmati saja.
Meskipun sakitnya jangan ditanya.....

Saat ini aku mencoba minum suplemen untuk pelumas sendi. Lebih sering olahraga atau sekedar peregangan kaki.
Sayangnya sakitnya ga hilang juga. Hanya berkurang.
Mungkin suatu saat aku mau coba fisioterapi. Tapi nunggu kalau sudah punya kartu BPJS. Pengen kayak orang-orang yang bisa berobat gratis. Heheheee...

Jangan-jangan nanti diterlantarkan. Seperti berita-berita itu.....

Lillahi ta'ala aja.....what will be will be.
Pasrah pada Allah. In shaa Allah akan diberikan yg terbaik.

Saturday, January 24, 2015

Tapi Penasaran

Setelah terakhir kontrol di bulan Januari 2014, aku kontrol lagi di bulan Agustus 2014.
Kata mba Desi yg jadi konsultan,  "Untung tahunnya belum ganti ya bu...heheee...."
Iya mba.....saya sebetulnya penasaran juga sama progres kanker saya, tapi kalah sama males nya. 

Bukan putus asa lo....astaghfirulloh bukan. Tapi memang benjolan yg ngga hilang-hilang ini bikin aku mulai 'menerima benjolan ini sebagai bagian dari tubuhku'.
Mungkin ngga akan hilang.
Mungkin selamanya aku harus hidup dengan rompi, seperti aku selalu siap dengan obat flu di rumah.
Kalau pun iya....its ok. Itu tetap lebih baik, dari pada harus operasi lalu kemoterapy.
Buat aku lo...

Surprise.....
Meskipun tahun nyaris berganti, benjolan kadang membesar kadang mengecil, ketika bulan Agustus 2014 aku kontrol hasilnya tetap mengalami penurunan.
Alhamdulillah.
TIdak pernah ada yg sia-sia.


Dan....model rompi juga sudah disempurnakan. Weleh-weleh...ketinggalan mode. 





Rompi lamaku diambil, dan diganti model yg baru. Ditambah yg model seperti bra. Juga ada yg untuk ketiak supaya ngga menyebar.
Alhamdulillah. Trimakasih pak Warsito.



Konsultan juga memberikan surat pengantar untuk periksa USG. Hal yg ngga pernah ingin aku lakukan.
Karena awal aku diperiksa, pemeriksaan USG tidak bisa memastikan bahwa benjolanku adalah kanker. Demikian pula dengan pemeriksaan Mammografi, hasilnya tidak ganas.
Baru setelah biopsi, dokter menyatakan ganas. 
Aku khawatir hal ini akan terjadi lagi. USG gagal, harus biopsi. Dan benjolan yg awalnya tanpa rasa sakit, menjadi sering senut-senut setelah biopsi. Tahu ngga sih pak dokter ???

Jadi surat pengantar USG aku abaikan. Maaf ya mba Desi....
Berbulan-bulan....
Dan benjolanku tetap kadang membesar kadang mengecil seperti sebelumnya.
Setiap stress, benjolan akan sakit dan membesar. Lalu aku rajin memakai rompi kesayanganku. Lalu benjolan pun mengecil.
Demikian berulang-ulang.
Entah sampai kapan.
Hanya Allah yg Maha Tahu